Selasa, 06 Desember 2016

PERAN PERAWAT DALAM MENCEGAH MASALAH ABORSI PADA REMAJA
MATA KULIAH SOSIOLOGI KESEHATAN



Oleh :
Iis Nuryani
NIM : 1602081



UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016






Peran Perawat Dalam Mencegah Masalah Aborsi Pada Remaja

Pada zaman sekarang banyak remaja yang hamil di luar nikah dan melakukan aborsi illegal karena terbawa arus pergaulan bebas dan kurangnya pengetahuan tentang agama. Setiap tahun kasus tentang aborsi semakin bertambah. Beberapa survei yang pernah dilakukan pada Sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan, kehamilan yang tidak diinginkan mencapai 37.000 kasus, 27 persen terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen di lingkungan pelajar. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus aborsi di Indonesia tinggi, menurut ahli demografi kesehatan masyarakat, lebih dari 1 juta bahkan hingga 2 juta per tahun (Sawab, 2009). Tujuan penulisan essay ini adalah untuk membahas kasus aborsi pada kalangan remaja. Adapun pokok-pokok bahasan yang akan dibahas di essay ini meliputi : penjelasan rinci masalah aborsi, hasil penelitian aborsi dan penyebabnya,  manfaat aborsi, solusi untuk mencegah semakin maraknya aborsi, dan peran perawat dalam mencegah aborsi.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu (WHO, 2000). Aborsi yang umum diketahui terbagi menjadi 3 macam aborsi, yaitu :
1.      Aborsi spontan/alamiah (spontaneous abortion)
Aborsi spontan/alamiah adalah pengguguran kehamilan berlangsung tanpa tindakan apapun yang terjadi secara alami. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sehingga menyebabkan zigot atau bayi tidak berkembang dengan baik.
2.      Aborsi buatan/sengaja (induced abortion/procured abortion)
Aborsi buatan/sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan, atau dukun beranak).
3.      Aborsi terapeutik/medis (therapeutic abortion)
Aborsi terapeutik/medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan karena adanya indiksi medis, jika terdapat adanya indikasi bahwa kehamilan dapat membuat nyawa ibu berbahaya kehamilan tersebut terus dilanjutkan.




Efek Dan Resiko Aborsi
A.    Efek aborsi
Efek aborsi terbagi menjadi dua, yaitu :
1.      Efek jangka  pendek
·         Rasa sakit yang intens
·         Terjadi kebocoran uterus
·         Pendarahan yang banyak
·         infeksi
·         Shock/koma
·         Merusak organ tubuh lain
·         Kematian
2.      Efek jangka panjang
·         Tidak dapat hamil kembali
·         Keguguran kandungan
·         Kehamilan tubal
·         Kelahiran premature
·         Gejala peradangan di bagian pelvis
B.     Resiko aborsi
Resiko aborsi terbagi menjadi resiko kesehatan, resiko psikologi, dan resiko psikososial diantaranya :
1.      Resiko kesehatan
·         Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
·         Kematian mendadak karena pembiusan yang salah.
·         Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
·         Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
·         Kerusakan pada leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
·         Kanker payudara.
·         Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
·         Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
·         Kanker hati (Liver Cancer).
·         Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa).
·         Menjadi mandul (Ectopic Pregnancy).
·         Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
·         Infeksi pada lapsisan rahim (Endometriosis).
2.      Resiko psikologi
·         Kehilangan harga diri (82%)
·         Berteriak-teriak histeris (51%)
·         Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
·         Ingin melakukan bunuh diri (28%)
·         Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
·         Tidak bisa lagi menikmati hubungan seksual (59%)
3.      Resiko psikososial
·         Diasingkan oleh masyarakat.
·         Tekanan dari masyarakat akan keberadaannya.
·         Dikucilkan dari keluarga.
·         Mendapat celaan dari orang-orang sekitar.
            Perubahan yang begitu cepat terjadi pada remaja karena era globalisasi yang mempermudah remaja mengakses berbagai informasi baik informasi yang positif maupun yang negatif. Akibat penyalahgunaan teknologi ini yang biasanya menyebabkan pergaulan bebas yang menyudutkan remaja pada kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Setiap tahunnya, dari 175 juta kehamilan yang terjadi  di dunia terdapat sekitar 75 juta perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (WHO, 2000). Beberapa survei yang pernah dilakukan pada Sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan, kehamilan yang tidak diinginkan mencapai 37.000 kasus, 27 persen terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen di lingkungan pelajar. Selain itu penderita AIDS/HIV, 50 persen menimpa kelompok usia 19-25 tahun (Sawab, 2009). Banyak hal yang menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja misalnya karena pemerkosaan, kehamilan di luar nikah, gagal KB, janin cacat dan sebagainya.
           
Aborsi juga memiliki sisi positif selain sisi negatifnya, yaitu :
1.      Penjual obat aborsi illegal akan terbongkar.
2.      Praktek aborsi illegal akan terbongkar.
3.      Membuat ibu yang ingin menjaga kandungan lebih waspada.
4.      Aborsi dapat memberi pelajaran pada orang lain, bahwa aborsi sangat berbahaya.
5.      Generasi muda akan tahu bahwa seks bebas akan menghancurkan masa depan.
6.      Mengurangi populasi dunia.
Solusi untuk mencegah semakin maraknya aborsi dapat dilakukan sebagai berikut.
1.      Pendidikan agama sejak dini diberikan agar kelak saat anak remaja atau dewasa sudah punya pengetahuan tentang agama.
2.      Aborsi hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
3.      Bila terjadi kehamilan sebelum nikah sebaiknya yang bersangkutan segera dinikahkan.
4.      Orang tua, guru, ulama, tokoh, pejabat, aparat dan masyarakat menciptakan lingkungan yang religius dan tidak memberikan peluang berupa sarana dan prasarana untuk berbuat zina, dan sebagainya.
5.      Pemberian penyuluhan tentang bahaya aborsi akibat pergaulan bebas.
6.      Kepada yang melakukan tindakan aborsi di berikan sanksi hukum yang berat.
7.      Organisasi profesi seperti IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan POGI (Perhimpunan Obstertri Ginekologi Indonesia) hendaknya dapat menertibkan para anggotanya yang melakukan tidakan aborsi illegal.
Peran perawat dalam mencegah aborsi
Mengingat banyak sekali kalangan remaja yang melakukan aborsi dalam hal ini perawat bisa mencegah dengan cara berikut.
1.      Melakukan penyuluhan tentang seks yang benar.
2.      Melakukan pendekatan.
3.      Memperdalam pemahaman tentang agama kepada klien agal moral mereka tinggi dan sadar bahwa seks bebas tidak sesuai dengan agama dan berbahaya untuk kesehatan dan masa depan.
4.      Mendampingi dan memberi support pada klien, agar tidak jadi mengabsorsinya.
5.      Memberikan pengertian tentang akibat-akibat yang akan terjadi jika melakukan absorsi.
Aborsi merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu. Tindakan aborsi merupakan tindakan yang tidak dapat ditolelir baik dari segi hukum maupun agama, kecuali aborsi terapeutik. Aborsi sangat berbahaya secara kesehatan maupun psikologi pada perempuan maupun remaja dan dapat sangat berdampak pada masa depannya. Jadi untuk mencegah semakin maraknya aborsi di kalangan remaja perlunya peran tenaga kesehatan (dokter, bidan maupun perawat), orang tua, guru dan masyarakat untuk memperhatikan dan memberi penyuluhan maupun nasihat kepada para remaja yang ada dilingkungannya.
Daftar Pustaka
smubr.com/peristiwa/ternyata-aborsi-tak-selamanya-negatif-berikut-sisi-positifnya.html


            Judul essay yang saya buat adalah ”Peran Perawat Dalam Menyelesaikan Masalah Aborsi Pada Remaja”. Essay ini saya buat karena saya sering melihat fenomena berita tentang aborsi karena akibat dari pergaulan bebas pada remaja yang semakin hari semakin marak. Fenomena yang saya liat tidak sampai disitu saja, saya melihat bahwa aborsi dapat menyebabkan masalah kesehatan dan psikologi yang serius. Jika masalah tersebut tidak diatasi maka masalah aborsi akan merusak para generasi bangsa kita. Untuk itu kita harus berkomitmen untuk mengatasi aborsi pada remaja.
            Cara menanganinya tersebut perlu peran dari banyak pihak, seperti orang tua, guru, teman, tenaga kesehatan (dokter, bidan maupun perawat) dan masyarakat. Dan peran perawat disini sangat penting untuk klien karena perawat yang akan menjelaskan apa itu aborsi, dampak dari aborsi pasca aborsi, untuk memberi dukungan secara moral dan sebagainya.
            Saya sudah cukup mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terdapat di Indonesia, salah satunya aborsi pada remaja yang saya bahas dalam essay saya. Namun saya belum banyak mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah aborsi tersebut. Setelah saya mempelajari melalui pelajaran sosiologi kesehatan ini saya menjadi tahu. Ternyata klien bukan hanya butuh bantuan secara fisik namun secara psikologi juga. Dengan melakukan pendekatan dengan klien dan memberikan penyuluhan dan dukungan secara mental maka masalah akan selesai.
            Kedepannya saya akan terus belajar dan menggali ilmu-ilmu lebih dalam tentang keperawatan. Selain itu saya juga akan mencoba mempraktikan pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan-keterampilan tersebut untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar