Selasa, 06 Desember 2016

Dampak pada kesehatan dari kurangnya jamban di rumah penduduk pedesaan (Aliza Mufida)

Dampak pada Kesehatan dari Kurangnya Jamban di rumah Penduduk Pedesaan
Mata Kuliah Sosiologi Kesehatan


IMG-20160824-WA0002.jpg


Oleh :
Aliza mufida
Nim : 1607184



Program Studi Keperawatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2016
Dampak pada Kesehatan dari Kurangnya Jamban di Rumah Penduduk Pedesaan
Pada zaman moderen saat ini masih banyak masyarakat di pedesaan yang belum memiliki fasilitas jamban di rumah,membuang air besar (BAB) tidak dapat dilaksanakan disembarang tempat.Jamban adalah tempat paling aman dari segi kesehatan untuk membuang kotoran manusia. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang membuang hajat di selokan atau sungai. Perilaku buruk tersebut berdampak pada munculnya penyakit
Karna lingkungan sudah terkontaminasi oleh berbagai macam bakteri yang menimbulkan penyakit.tujuan penulisan essay ini adalah membahas fenomena dampak dari kurangnya jamban di pedesaan,adapun pokok bahasan yang akan di bahas yaitu:pengertian jamban,syarat membuat jamban yang sehat,pemanfaatan jamban pada masyarakat desa,data beberapa desa yang minim akses jamban,metode penanganan, danperanperawat

Beberapa pendapat tentang jamban :
Pada umumnya kita mengenal jamban sebagai tempat pembuangan hajat atau kotoran manusia.Dalam Putusan Menteri Kesehatan nomor 852/2008 membahas tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat disebutkan bahwa jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 715/2003 membahas tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga disebutkan bahwa usaha jasaboga harus menyediakan WC Umum dengan fasilitas jamban

.                                  Menurut dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24/2007 membahas tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah disebutkan adanya fasilitas jamban yang harus disediakan sekolah sebagai tempat untuk buang air besar atauair kecil. Jamban harus sesuaidengankriteriadandisediakan untuk peserta didik pria, wanita, dan guru.

Sedangkan dalam Standar Toilet Umum Indonesia dari Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2004 tidak menyebutkan istilah jamban dan merubahnya dengan water closet (WC) dan ruang buang air kecil (urinal). Toilet dalam hal ini mencakup pembuangan dan pengolahan limbahnya, baik secara setempat (on-site) ataupun terpusat (off-site).
Untuk membuang hajat, Buang Air Besar (BAB), masyarakat tidak bisa sembarangan seperti jaman dulu. Dampak BAB sembarangan sangat buruk bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok, berbagai jenis penyakit ditularkan. Sebagai gantinya, BAB harus pada tempatnya yakni di jamban.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan dan menurut buku yang sayakutip “informasi pilihan jamban sehat” ialah sebagaiberikut syarat-syarat tersebut:
1.    1.Tidak mencemari air
2.    2.Tidak mencemari tanah permukaan
3.   3. Bebas dari serangga
4.    4.Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
5.    5.Aman digunakan oleh pemakainya
6.    6.Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
7.    7.Tidak menimbulkan pandangan yang kurangsopan
                   Jenis-jenisdannamajamban
1.    Pit privy : cubluk hanya terbuat dari lubang dengan kedalaman>2.5 meter dan di perkuat dengan batubata
2.    Jamban cemplung yang memilikiventilasi: sama seperti cubluk hanya jamban ini memiliki ventilisasi
3.    Jamban empang : menemukan jamban tipe ini sangatlah lumrah karna sebagian besar masyarakat pedesaan mengunakan jamban tipe ini,jamban ini di buat di atas kolam ikan ataupun di atas sungai
4.    Jamban pupuk : sama seperti jamban cubluk hanya saja jamban ini untuk kotoran hewan atau dedaunan
5.    Septic tank : jamban ini ialah jamban yang paling memenuhi syarat,jamban ini berupa tangki sedimen sehigga air buangan dan tinja masuk mengalami dekomposisi

            Pemanfaatan jamban oleh masyarakat yang tinggal di kotasangatlahbaik, jamban merupakan kebutuhan pokok selain air bersih. Tingkat kepemilikan dan penggunaan jamban sebagai tempat BAB mendekati 100%. Tingkat pendidikan, kondisi geografis, dan budaya di perkotaan menjadikan masyarakat perkotaan sadar dan paham tentang arti penting jamban bagi mereka, termasuk dampaknya bagi sanitasi.
Namun jika kita tinggal di pedesaan, maka hasilnya berbanding terbalik yang didapat mengenai kepemilikan, pemanfaatan, dan kesadaran masyarakat mengenai BAB di jamban. Kepemilikan jamban di pedesaan masih sangat sedikit. Jika mencapai 80% kepemilikan jamban di suatu pemukiman maka lingkungan sanitasi akan sehat. Tapi pada kenyataannya kepemilikan jamban di daerah desa masih sangat kurang,memiliki jamban bukan berarti si pemilik tersebut akan BAB di jambannya. Penduduk di pedesaan yang memiliki jamban masih banyak yang  BAB harus menggunakan tempat lain, yaitu sungai karna merasa asing jika BAB di jamban. Kebiasaan buruk masyarakat pedesaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Kebiasaan buruk ini bisa berdampak serius terhadap sanitasi atau lingkungan di sekitarnya menjadi lebih rentan terjangkit penyakit-penyakit berbasis lingkungan seperti Cacingan, Cholera (muntaber), Diare, Typus, Disentri, Paratypus, Polio, Hepatitis B dan banyak penyakit lainnya.
Secara ekonomi pun Negara merugi karna banyaknya desa yang belum memiliki jamban. Indonesia kehilangan sebanyak lebih dari Rp 58 triliun atau Rp 265.000 per orang /tahun.Karna tidak memiliki jamban pula maka ada lebih dari 50.000 kematian setiap tahunnya karna diare yang merupakan dampak karna tidak memiliki jamban.

Dari blog yang saya kutip,penulis melakukan observasi di desa sumber kalong,Wonosari dan di desa donggala kecamatan wolo kabupaten kolaka

Data dari beberapa desa yang minim akses jamban sebagai beriku
No
Nama    RT
Jumlah Jiwa
Jumlah KK
Jamban
1
RT. 01
126
38
11
2
RT. 02
97
27
5
3
RT. 03
83
20
3
4
RT. 04
112
31
1
5
RT. 05
81
23
4
6
RT. 06
147
37
15
7
RT. 07
153
39
2
8
RT. 08
71
22
2
9
RT. 09
113
39
3
10
RT. 10
105
30
3
11
RT. 11
119
39
7
12
RT. 12
129
31
12
13
RT. 13
73
23
6
14
RT. 14
126
36
10
15
RT. 15
134
41
4
16
RT. 16
141
36
19
17
RT. 17
140
36
22
18
RT. 18
157
40
17
19
RT. 19
143
39
22
20
RT. 20
179
40
18
21
RT. 21
139
39
8
22
RT. 22
134
37
8
23
RT. 23
114
36
4
24
RT. 24
116
34
12
Jumlah
2931
823
218

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa prosentase kepemilikian jamban di desa Sumber Kalong adalah :
Jumlah KK             = 823
Jumlah Jamban       = 218
Prosentase kepemilikian jamban    = Prosentase kepemilikan jamban di desa Sumber Kalong kecamatan Wonosari hanya sebesar 26,5%. Hal ini berarti masih jauh dari nilai ideal kepemilikian jamban sebesar 80%.



Di desa donggala kecamatan wolo kabupaten kolaka
No
Kebiasaan
n
%
1
Buruk
55
78.57
2
Baik
15
21.43

Jumlah
70
100
Berdasarkan data di atas dari 70 orang responden menunjukan kebiasaan masyarakat yang paling banyak adalah yang tidak memanfaatkan yaitu 55 orang (78,57%) sedangkan yang paling sedikit adalah memanfaatkan yaitu 15 orang (21,43%)
Metode penanganan kepemilikan jamban ialah dengan melaksanakan program STBMmelalui serangkaian kegiatan berikut :
1.      Sosialisasi di tingkat kecamatan Wonosari
2.      Pelatihan Fasilitator 
3.      Pemicuan di Komunitas
4.      Pelatihan Tukang Sanitasi
5.      Monitoring dan Evaluasi (dirubah sesuai kenyataan di lapangan)

Peran perawat dalam kasus ini ialah sebagai promosi kesehatan yang merupakan proses pemberdayaan masyarakat untuk membuat,memelihara,meningkatkandan meningkatkan derajat kesehatan yang saat ini tertuju pada masalah kepemilikan jamban di desa,peran perawat ialah upaya perubahan dan perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.berdasarkan prinsip promosi kesehatan seperti kerjasama dan kolaborasi,promosi kesehatan,komprehensif,berkesinambungan








Daftar pustaka
INFORMASI PILIHAN JAMBAN SEHAT (2009) WSP
VD Juniantin-2015-repository.unej.ac.id
S lestari – stikescirebon.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar