Selasa, 06 Desember 2016

LGBT, PENYAKIT MENULAR YANG MEMBAHAYAKAN MORAL BANGSA
MATA KULIAH SOSIOLOGI KESEHATAN
 





Oleh :
Dikha Disya Dahliana
NIM : 1602122

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
LGBT, PENYAKIT MENULAR YANG MEMBAHAYAKAN MORAL BANGSA
Oleh : Dikha Disya Dahliana NIM : 1602122
            Pada zaman era globalisasi dan modern banyak bermunculan macam-macam perilaku manusia, baik yang menyimpang ataupun tidak. Contohnya seperti LGBT. Bahkan karena penyimpangan tersebut, banyak anak remaja ataupun penerus masa depan yang mengikuti perilaku tak wajar, tanpa menyadari dampak kedepannya. Mereka mengira perilaku tersebut adalah hal yang wajar, tetapi kita melihat dari kehidupan sekarang. Dari awalnya mengikuti tren masa kini, menjadikan para remaja memiliki perilaku yang menyimpang dari sesuatu yang menjadi kodratnya manusia. Hal tersebut menimbulkan efek buruk pada bangsa Indonesia dari segi aspek fisik maupun aspek psikologis. Tujuan penulisan essay ini adalah untuk membahas fenomena masalah LGBT yang terjadi di Indonesia. Adapun pokok-pokok bahasan yang akan dibahas di essay ini meliputi: penjelasan rinci masalah, penjelasan teori-teori promosi kesehatan yang terkait dengan masalah, pendapat yang bertolak belakang, pandangan agama terhadap masalah, serta cara penanganan dari sudut pandang keperawatan.
            Sebenarnya Indonesia secara kultural atau adat istiadat memiliki berbagai budaya yang memperkenalkan jenis kelamin selain laki-laki dan perempuan. Seperti Suku Bugis  dari Sulawesi Selatan, mengenal lima jenis kelamin yaitu lelaki, perempuan, calalai atau laki-laki yang lemah gemulai seperti perempuan, calabai atau perempuan yang tomboi seperti laki-laki dan bissu, seorang yang bukan laki-laki dan bukan pula perempuan. Banyaknya perbedaan suku dan budaya di Indonesia, menyebabkan banyaknya paham yang berbeda antara satu suku dengan suku lainnya.
            LGBT  singkatan dari lesbian, gay, bixesual dan transgender. Istilah yang selalu digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan sebutan "komunitas gay" karena LGBT lebih mewakili kelompok-kelompok yang ada. Singkatan ini dibuat dengan tujuan menekankan keanekaragaman "keanekaragaman budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender". Kadang-kadang istilah LGBT digunakan untuk semua orang yang heteroseksual, bukan hanya homoseksual, biseksual, atau transgender.
            LGBT ialah penyimpangan seksualitas yang bertentangan dengan agama, fitrah manusia serta adat istiadat masyarakat Indonesia. Lesbian istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan, merujuk kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual. Sedangkan Gay adalah istilah yang umumnya digunakan  merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Sedikit berbeda dengan bisexual, yaitu individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin baik pria ataupun wanita. Sedangkan transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang transgender dapat menjadikan dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual, biseksual maupun aseksual tergantung dengan jenis kelamin yang dia yakini.
            Isu mengenai LGBT menuai kontroversi diberbagai penjuru dunia, terutama di Indonesia. Dikarenakan, sebagian masyarakat Indonesia menilai LGBT bertentangan dengan ajaran agama, yaitu syariat Islam. Sebagiannya justru yang pro dengan LGBT menyuarakan hak kaum LGBT agar diakui keberadaannya dan tidak dikucilkan. Sebagian masyarakat juga menyuarakan, LGBT bukanlah penyakit. Namun, pendapat tersebut dipatahkan seorang psikiater yaitu Dr. Fidiansyah yang menyatakanLGBT termasuk gangguan jiwa. Oleh sebab itu, penyakit ini juga bisa menular kepada orang lain. Dia dan para psikiater lainnya menyatakan justru ingin membantu. Karena dikatakan sebagai penyakit atau gangguan jiwa, Fidiansyah pun menyatakan LGBT bisa menular. Namun, bukan melalui virus dan bakteri tetapi dari konsep perubahan perilaku dan pembiasaan. Dapat ditularkan dalam konsep terdapat virus, ada kuman, tetaapi yang disebut dengan teori perilaku, yaitu teori penularan dari konsep pembiasaan. Dengan mengikuti satu pola, akan menjadi satu karakter, jadi kepribadian, pembentuk kebiasaan, dan sebagainya, akhirnya menjadi penyakit. Menularnya dari konteks perubahan perilaku dan pembiasaan.
            Indonesia adalah penganut agama Islam paling banyak di dunia dengan 87% dari warganya sebagai Muslim. Kebijakan dari pihak berwenang Indonesia, tekanan sosial untuk menikah dan agama yang mengartikan bahwa pada umumnya homoseksualitas tidak didukung dimasyarakat. Termasuk Muslim tradisionalis dan modernis, dan juga kelompok agama lainnya seperti Kristen, terutama Katolik Roma umumnya menentang homoseksualitas. Di dalam  Islam LGBT dikenal dalam dua istilah, yaitu Liwath (gay) dan Sihaaq (lesbian). Liwath (gay) ialah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur seorang laki-laki yang lain. Sedangkan liwath ialah penamaan yang disebutkan kepada kaum Nabi Luth ‘Alaihis salam, dikarenakan kaum Nabi Luth ‘Alaihis salam yang pertama kali melakukan perbuatan tersebut (Hukmu al-liwath wa al-Sihaaq, hal. 1). Perbuatan ini dinamakan dengan perbuatan yang keji (fahisy) dan melampui batas (musrifun). Sebagaimana Allah menerangkan dalam al Quran:




Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (TQS. Al ‘Araf: 80 – 81)
Ragam orientasi seksualitas dengan gerakan pro LGBT barawal dari dalil relativisme moral. Pandangan ini meyakini tidak ada aturan atau standar moralitas yang bersifat absolute. Dalam relativisme moral menolak kebenaran tunggal dengan mengikatkan semua orang. Kebenaran ini bersifat majemuk, tergantung pada individu, budaya, dan dalam konteks sosial yang tertentu. Relativisme moral diangkat dari pendapat Kaum Sofis (muncul pada zaman Yunani kuno) bahwa lembaga-lembaga budaya, termasuk moral, hanya berdasar atas adat kebiasaan yang beragam dan dapat berubah.
Akibat yang ditimbulkan mereka menjadi kebal kritik atas praktik moral yang dilakukan. Mereka menganggap siapapun tidak berhak mengklaim dirinya benar dan menyalahkan pihak lain yang melanggar batasan moral. Menurut mereka standar moral hanya berlaku pada beberapa orang atau relatif terhadap kelompok tertentu.Semua orang harus ‘toleran’ pada perbedaan pandangan standar moralitas dalam budaya lain.
Pengaruh LGBT dikalangan masyarakat dan khususnya remaja:
– Pergaulan anak remaja jadi lebih tidak terkontrol lagi.
– Masyarakat lebih takut apabila LGBT Ada di lingkungannya.
– Bagi anak di bawah umur bisa meniru perilaku yang menyimpang bila tidak diberikan pengawasan dari orangtua.
Banyak orang mengalami rasa takut untuk waktu yang lama, takut “ketahuan” dan ditolak. Penderitaan pribadi berkurang, dan harga diri menjadi makin kuat dari reaksi positif yang diperoleh ketika memberitahu orang lain. Reaksi negatif mengakibatkan perasaan negatif makin buruk dan menurunkan harga diri.
Ketika seorang gay dan lesbian menutupi diri rapat-rapat soal orientasi seksualnya, maka akan banyak yang beranggapan dia adalah seorang heteroseksual. Membuka diri (coming out) memang tidak mudah, memerlukan proses dan pertimbangan yang matang, tetapi kalau dia berani, bisa menjadi lebih baik meskipun biasanya akan kehilangan keluarga, teman-teman, pekerjaan, mengalami kekerasan dan pelecehan seksual dan lain-lain. Sisi baiknya kalau seorang gay dan lesbian membuka diri, justru akan dapat diterima dan memiliki ruang yang luas untuk mengekspresikan/ mengaktualisasikan diri. Karenanya seorang gay dan lesbian yang ingin membuka dirinya, dia harus mempersiapkan diri segala resiko yang mungkin terjadi.
Menjadi perawat kita bisa menyikapinya dengan baik dalam pembelajaran asuhan keperawatan seksualitas. LGBT adalah hal yang sampai sekarang belum menemukan titik temu permasalahan tersebut. Bila tidak ada penyelesaiannya maka moral bangsa Indonesia akan terpecah belah dan dapat membahayakan perilaku di masa depan.


DAFTAR PUSTAKA

Lembaran Khusus
ü  Jelaskan dalam1 lembar khusus, mengapa anda memilih judul essay  tersebut?,kejadianapa yang memotivasi anda menulis essay  tersebut, bagaimanakah perasaan anda dengan masalah tersebut?, apa yang sudah anda ketahui?dan pengetahuan baru apa yang anda pelajari dalam perkuliahan? Serta apa rencana anda kedepan?
Judul essay yang saya pilih adalah “ LGBT penyakit menular yang  membahayakan moral bangsa” dikarena banyak sekali fenomena dibelahan dunia ini apalagi di Indonesia telah tersebar kasus maraknya LGBT. LGBT adalah suatu penyakit yang ditularkan bukan dari virus ataupun bakteri, tetapi LGBT ini meracuni oranglain dengan perilaku atau tindakan yang dapat mengajak orang lain untuk menjadi seperti mereka.
LGBT adalah penyakit berbahaya, yang mananya bila tidak ditindak lanjuti dengan tegas, maka penyakit tersebut akan menular dan lama – kelamaan akan merusak moral bangsa. LGBT perlaku yang bertentangan dengan agama maupun adat istiadat di Indonesia. LGBT perilaku yang sangat menyimpang dari manusia normal. Adanya ketidak terimanya mereka menjadi diri mereka sendiri. Peran sangat penting bagi penderita LGBT ialah dorongan dari diri sendiri, keluarga dan orang terdekat agar dapat berubah menjadi normal kembali.

Dalam perkuliahan kita dapat mengetahui perilaku LGBT adalah perilaku yang sangat menyimpang. Diharapkan kita sebagai generasi penurus masa depan jangan sampai terjerumus kepada hal – hal negatif yang akan merusak masa depan kita. Menjadi perawat kita bisa menyikapinya dengan baik dalam pembelajaran asuhan keperawatan seksualitas. Membantu seorang LGBT agar hidupnya kembali normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar